google-site-verification: google21569b7134496edc.html Peran Guru Penggerak Dalam Kurikulim Merdeka Belajar ~ Teras Literasi Digital Online

Minggu, 01 Oktober 2023

Peran Guru Penggerak Dalam Kurikulim Merdeka Belajar

 Peran Guru Penggerak Dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Guru Penggerk
Gambar: Guru Penggerak di Wilayah SBT-Maluku

Zaman terus berkembang dan teknologi berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Termasuk dalam dunia pendidikan yang saat ini sedang menghadapi tantangan kemajuan teknologi dalam pembelajaran. Era Evolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 telah berdampak pada segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Saat ini kemajuan teknologi semakin memudahkan dalam mencari sumber belajar. Namun perlu ditegaskan bahwa perubahan tersebut tidak berarti peran guru akan digantikan oleh teknologi maju. Guru manusia memiliki karakteristik unik di kelas dan dapat memberikan kesan unik pada siswa yang tidak dapat diberikan oleh teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat ini tidak dapat menggantikan peran guru di dalam kelas, namun akan menjadi bumerang jika guru tidak menguasainya. Oleh karena itu, guru perlu terus mengikuti perkembangan teknologi agar siswanya tidak ketinggalan dalam pemanfaatan dan pemanfaatan teknologi. Di sisi lain, karena guru mempunyai kemampuan belajar dan memanfaatkan teknologi, maka guru dapat membimbing siswanya dalam memanfaatkan teknologi, khususnya dalam proses pembelajaran.

Guru penggerak merupakan rangkaian dari penyelenggaraan kurikulum merdeka belajar yang diluncurkan oleh Kemendikbud dan dijalankan oleh Ditjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan, bertujuan untuk menciptakan pemimpin pendidikan Indonesia yang dapat menjadikan siswa berperan aktif dan mampu mengajak guru lainnya untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan Sinergi kurikulum mengemudi, instruktur mengemudi, dan persyaratan era 4.0 akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penciptaan instruktur mengemudi merupakan upaya untuk mengembangkan calon kepala sekolah yang berkualitas dan mampu mendorong perubahan sekolah.

Penyelenggaraan Program Pendidikan Guru Mengemudi (PPGP) berbasis komunitas praktik, pembelajaran sosial emosional, pembelajaran terdiferensiasi, dan kompetensi kepemimpinan pembelajaran yang terdiri dari kompetensi yang dapat menunjang aktualisasi diri dan persekolahan. Aktualisasi diri, hadirnya kebebasan berpikir dalam diri instruktur penggerak, dimaknai sebagai hasil evaluasi dasar terhadap perubahan, munculnya kebebasan berpikir, dan terwujudnya sikap terbuka.

Instruktur mengemudi harus mempunyai sikap visioner untuk mengembangkan dan memaksimalkan pembelajaran. Sama pentingnya adalah bahwa guru itu berkualitas. Karena melalui gurulah akan lahir generasi penerus bangsa yang kelak memiliki sumber daya manusia kelas dunia. Oleh karena itu, tugas guru sulit dalam praktiknya, karena ia bertanggung jawab untuk menggali potensi siswa, yang dapat ditemukan jika guru melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Selain penyediaan materi, kita juga membutuhkan kemampuan untuk mendorong inovasi dan menciptakan perubahan. Guru juga perlu mempelajari bahasa asing seperti bahasa Inggris dan melakukan refleksi sambil belajar. Hal ini penting karena berkaitan dengan kualitas guru21. Kualitas seorang guru juga ditentukan oleh sejauh mana guru tersebut memiliki tingkat kreativitas dan inovasi serta mampu berkolaborasi dan berkolaborasi dengan rekan sejawatnya. Siswa, orang tua, dan masyarakat bekerja sama untuk mencapai hasil lulusan yang memenuhi tuntutan kemajuan modern. Atas dasar tersebut, dengan lahirnya kurikulum belajar mandiri yang hadir seiring dengan peningkatan kualitas guru melalui mengemudi, program guru berharap guru penggerak dapat menjadi agen perubahan dengan cara sebagai berikut:

Pertama, instruktur mengemudi menjadi pemimpin pembelajaran. Inilah trilogi yang dirintis oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu 'Ing Ngarso Sun Tulodo' yang contohnya sudah diberikan tadi, 'Ing Madhya Mangun Karso' bagian tengah yang memberi motivasi; dan artinya konsisten dengan "Duri". Handagaya”. Motivasi/dorongan di belakang. Kurikulum dapat diibaratkan seperti scaffolding sebuah bangunan, sehingga pada titik ini guru diberikan kebebasan untuk melengkapi dan mendesain scaffolding sesuai dengan kebutuhannya (dalam hal ini siswa). Selalu inovatif dan temukan cara yang tepat untuk memaksimalkan potensi siswa Anda.

Kedua, memotivasi guru dapat memobilisasi komunitas praktisi. Tentu saja penting bagi kita untuk terus mengembangkan diri, karena zaman selalu berubah dan keterampilan kita perlu ditingkatkan. Memiliki motivasi yang tinggi untuk mengubah lingkungan. Inisiatif yang mungkin dilakukan adalah menghadiri konferensi MGMP untuk berbagi pengetahuan dan pemecahan masalah mengenai topik tertentu.

Ketiga, instruktur mengemudi menjadi instruktur bagi guru lainnya. Guru penggerak hendaknya bersedia berbagi pengalaman keberhasilan praktik pembelajaran dan belajar dari guru lain sebagai acuan untuk optimalisasi pembelajaran lebih lanjut.

Keempat, membina kolaborasi antar guru. Tanpa mereka, peningkatan mutu pendidikan tidak mungkin dilakukan Kerjasama dari semua pihak. Artinya, instruktur mengemudi perlu menciptakan ruang diskusi positif dengan pemangku kepentingan, orang tua, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kelima, mewujudkan kepemimpinan mahasiswa. Seiring dengan kurikulum belajar mandiri yang mendorong siswa untuk belajar mandiri, kami mengembangkan motivasi dan kepribadian siswa melalui pembelajaran yang menyenangkan.

Kurikulum pembelajaran mandiri mendorong guru dan siswa untuk berpikir bebas dalam pembelajarannya. Landasannya adalah terciptanya lingkungan belajar yang nyaman tanpa batasan desain pembelajaran. Lebih lanjut, mengenai penggunaan istilah ``instruktur mengemudi'' yang muncul bersamaan dengan ``kurikulum pembelajaran mandiri'', perlu diperjelas bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara instruktur mengemudi dan staf pengajar biasa. Mereka berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga siswa tertarik dan senang belajar. Namun instruktur mengemudi dituntut tidak hanya menjadi pemimpin dalam pembelajaran, namun juga menguasai teknik pembelajaran dan senantiasa melakukan refleksi untuk meningkatkan pembelajarannya. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan prestasi mahasiswa dan menumbuhkan berkembangnya mahasiswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif serta tumbuh menjadi individu yang berdaya saing di dunia kerja.

 

0 comments:

Posting Komentar